Cumulonimbus atau Cb, adalah salah satu awan
vertikal yang dapat tumbuh menjulang hingga ketinggian 60 ribu kaki (18
km lebih), dan terbentuk karena beberapa sebab, namun yang paling umum
adalah proses konveksi akibat pemanasan permukaan bumi oleh radiasi
matahari dan kondisi atmosfer yang tidak stabil. Cumulonimbus sangat
mudah terbentuk di daerah tropis karena proses konveksi di wilayah ini
sangat kuat, dan dari awan inilah ‘lahir’ berbagai fenomena cuaca
esktrem seperti badai tropis (typhoon/topan), badai petir (thunderstorm), hujan es (hail storm), tornado sampai angin puting beliung yang beberapa waktu lalu terjadi di Bandung.
Awan Cb mudah dikenali dari penampilannya yang memang beda dari yang
lain, umumnya dengan dasar awan landai, ‘tiang’ awan menjulang dan
puncak yang berbentuk seperti landasan atau alas untuk menempa logam.
Awan ini sangat berbahaya bagi penerbangan karena beberapa hal. Yang pertama adalah proses vertical draft atau gerakan vertikal udara yang terjadi dalam awan. Gerakan vertikal ini dapat naik (updraft) atau turun (downdraft), dan proses ini sebenarnya lazim terjadi dalam awan. Bumping yang terjadi pada saat pesawat yang kita tumpangi masuk ke dalam awan juga disebabkan oleh vertical draft.
Pada awan Cb, proses ini jauh lebih kuat, dan turbulensi yang
dihasilkannya dapat menghempaskan pesawat yang terjebak di dalamnya.
Faktor lain yang membahayakan adalah partikel es awan Cb yang dapat
membekukan bagian-bagian pesawat, termasuk mesin. Dan karena
partikel-partikel es ini juga, awan Cb adalah salah satu jenis awan yang
paling sering menghasilkan petir yang dapat mengacaukan sistem
kelistrikan dan navigasi pesawat.
Karena puncak awan Cb dapat mencapai 60 ribu kaki, pilot umumnya akan
memilih menghindari awan ini ke arah samping (pesawat jet umumnya
terbang pada ketinggian 30-40 ribu kaki, atau sekitar 9 - 12 km).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar